Barang Dagangan Sering Hilang, Kenapa Masih Bertahan di Pasar “Jahiliyah”?

PADANGSIDIMPUAN, (ISN)- Ternyata selain mengeluarkan sejumlah uang stabil, barang dagangan milik pedagang juga sering hilang di malam hari. Jumlahnya tak tanggung-tanggung bukan satu dua biji melainkan hitungan goni.

Namun hal ini tak membuat sadar para pedagang yang hanya suka berjualan suka-suka di sepanjang badan jalan Thamrin dan jalan Patrice Lumumba kota Padangsidimpuan. Ujar aktivis Ismail Pasaribu kepada wartawan, Sabtu (24/09).

Memang ada petuah yang mengatakan diantara anak-anak kita yang baik ada satu orang yang sifatnya sulit diatur, maunya harus tiap hari dimarahi orangtuanya.

Pertanyaannya, apakah pedagang di badan jalan Thamrin dan jalan Patrice Lumumba mewarisi sifat demikian sehingga hanya lebih selera berjualan bertentangan dengan peraturan?

“Padahal banyak kerugian yang ditimbulkan jika mereka berjualan di badan jalan tersebut yakni rugi untuk diri sendiri dan rugi untuk orang lain,”ujarnya.

Kerugian, sebut Ismail, untuk diri sendiri sebagai pedagang di badan jalan adalah diduga menjadi bulan-bulanan oknum pemalak dan barang dagangan hilang, sedangkan kerugian untuk orang lain adalah menimbulkan dosa kepada orang lain dan diri pedagang sendiri.

“Orang lain yang melintas menggunakan kendaraan akan mengutuk dalam hati dan bahkan mengeluarkan kata-kata kasar tatkala jalannya terhalang atau kendaraan nya tergores saat melintas dari jalan Thamrin dan jalan Patrice Lumumba, secara otomatis akan menimbulkan dosa,”bilangnya.

Nah, lanjut Ismail, pedagang yang semrawut menghalangi lintasan pengemudi juga dinilai akan mendapatkan dosa karena akibat perbuatannya orang lain bisa marah-marah dan berdosa.

Selaiknya dalam berusaha pedagang mencari kenyamanan bukan malah sebaliknya selalu ingin berusaha di air yang keruh.

Pemerintah setempat bukan tidak memikirkan solusi tumpahnya pedagang berjualan di Badan Jalan, pemerintah bahkan meminta para investor untuk ikut nimbrung memikirkan persoalan ini dengan menanamkan modalnya untuk membangun pasar, paparnya.

Masih kata Ismail Pasaribu, setelah dibangun bahkan pedagang tadi inginnya harus berjualan di badan jalan saja, dengan mencari seribu alasan-alasan, yang tadinya tidak ada tempat untuk berjualan, kemudian setelah tempat berjualan disediakan dicari lagi alasan lain.

“Pemerintah tidak akan sanggup memenuhi hasrat para pedagang yang tak kunjung habis, selesai yang satu muncul lagi alasan lain. Jadi solusinya pemerintah harus tegas menegakkan peraturan. Jika komandan-komandan pasukan tak sanggup tegas, maka komandannya diganti saja,”pinta Pasaribu.

(Tim/ISN)