Ada 3 Kepentingan Besar Di Balik Pasar Padangsidimpuan Sehingga Sulit Ditertibkan ?

PADANGSIDIMPUAN, (ISN)- Di Balik payahnya menertibkan badan jalan Thamrin dan Jalan Patrice Lumumba ternyata terdapat 3 kepentingan besar di dalamnya sehingga sulit untuk ditertibkan.
3 kepentingan besar tersebut mengarah kepada pengutipan liar dan “topeng” iuran persatuan pedagang.

Sehingga para pedagang menjadi bulan-bulanan oknum-oknum tersebut, tutur salah seorang warga Padangsidimpuan M. Siregar kepada wartawan baru-baru ini.

Lanjutnya, Coba kita bayangkan seorang pedagang kaki lima yang penghasilan belum tentu bisa mendapatkan uang sebesar Rp. 100 ribu per hari, eeh mereka harus mengeluarkan berbagai kutipan seperti kutipan iuran sebuah yayasan sebesar Rp. 2.000 / hari, kutipan pemuda setempat Rp. 2.000 / hari, kutipan sewa lapak pemilik toko Rp. 5.000 / hari dan kutipan resmi pemerintah kota Padangsidimpuan untuk kebersihan Rp. 2.000 / hari.

Kalau dikalkulasikan, bahkan sebelum pedagang buka dasar mereka harus menyediakan uang sebesar Rp. 11.000 / hari.

Belum termasuk biaya untuk buang air kecil pedagang juga harus mengeluarkan biaya tambahan lagi, yah mungkin antara Rp. 1.000 hingga Rp. 2.000.

Jika pedagang sedang turun perut, kemungkinan pedagang harus bolak-balik toilet yang jauhnya cukup terasa.
Tak tahu apakah para pedagang ini merasa pintar dan bangga telah mampu menaklukkan badan jalan untuk dijadikan sebagai lapak berjualan atau bagaimana.

Tidak jelas dari segi mana mereka merasa puas menggunakan badan jalan untuk berjualan, padahal selain membuat kesulitan bagi pengguna jalan yang akan menimbulkan dosa kepada mereka sendiri, juga menyulitkan dari segi biaya dan fasilitas lainnya.

Salah seorang pedagang Boru Lubis yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan, kalau dia tidak mau pindah berjualan dari lokasi jalan Thamrin karena sudah enak. Namun tidak dapat menjelaskan dari segi apa rasa enak yang dimaksudnya.

Pantauan wartawan kondisi jalan Thamrin dan Patrice Lumumba terlihat sangat semraut atas hadirnya pasar tumpah, kondisi ini terlihat menggambarkan sifat-sifat manusia yang “tidak bisa” diatur seperti halnya kembali kepada zaman Jahiliah.

Persimpangan empat antara jalan Thamrin dengan jalan Patrice Lumumba, ternyata diduga akibat air ikan dari pedagang yang sembarangan dibuang di badan jalan membuat badan jalan tersebut berlobang besar mirip kubangan.

Padahal jalan ini dalam beberapa bulan lalu baru saja selesai dibangun dengan menelan biaya miliaran rupiah.

Ismail Pasaribu kepada wartawan menjelaskan, sebagai warga kota Padangsidimpuan yang merasa dirugikan akibat rusaknya badan jalan oleh ulah oknum pedagang yang tidak bertanggungjawab akan segera membuat laporan pengaduan kepada aparat penegak hukum.

“Bayangkan pemko Padangsidimpuan sudah bersusah payah mengalokasikan anggaran untuk biaya rehabilitasi jalan Thamrin dan jalan Patrice Lumumba , eeh seenaknya saja dirusak oleh oknum pedagang yang membuang air garam seenaknya.

Kalau memang mau dirusak lebih baik tak usah diperbaiki, lebih anggarannya dialihkan kepada pembangunan lain yang masih mengharap daftar tunggu, jelas Ismail Pasaribu .

Untuk masalah kutipan bagi pedagang, Ismail meminta agar Polisi turun tangan melakukan penangkapan.

[IP/ISN]