Peran Orang Tua dalam meningkatkan Pendidikan Karakter Anak pada masa Pandemi Corona

Oleh: Miftahu Rachmah Padang

 

Salah satu tujuan diturunkannya Alquran adalah memperbaiki akhlak manusia. Begitu juga dengan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dinyatakan bahwa: “ Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka”. Melalui Hadis tersebut jelaslah orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan pendidikan karakter anak. Apalagi dalam kondisi pandemi saat ini yang mengharuskan kegiatan belajar mengajar dilakukan pada rumah masing-masing demi mengurangi penyebaran virus Corona. Upaya yang dilakukan dalam mendongkrak kegiatan belajar mengajar diantaranya dengan Pembelajaran Jarak Jauh atau yang sering disebut dengan pembelajaran daring (dalam jaringan atau online).

 

Dengan adanya pembelajaran jarak jauh peningkatan kognitif dan psikomotorik anak masih dapat teratasi. Akan tetapi peningkatan afektif anak melalui pembelajaran jarak jauh masih disayangkan. Karena interaksi antara anak dan guru hanya sebatas pembelajaran yang diberikan guru melalui pembelajaran virtual. Sehingga pendidikan karakter anak kurang di dapatkan melalui pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, orang tua sebagai Madrasatul Ula mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan afektif anak ataupun pendidikan karakter anak pada masa Pandemi Corona. Karena orang tua mempunyai waktu yang lebih banyak berinteraksi dengan anak di rumah.

 

Dalam Alquran surah Luqman ayat 12-19 mengandung nilai pendidikan karakter seperti syukur, bijaksana, amal salih, sikap hormat, ramah, sabar, rendah hati, dan pengendalian diri. Luqman sebagai orang tua diberi hikmah oleh Allah swt yaitu sikap hikmah (bijak) yang ditunjukkan dengan menerapkan syukur dengan menasihati anaknya. Pada ayat ini menjelaskan bahwa orang tua sebagai pendidik dapat secara langsung memberikan pendidikan, bimbingan, dan arahan terhadap anak. Sikap bijak Luqman tertuju pada upaya pembentukan anak menjadi insan kamil yakni berakhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur.

 

Namun nyatanya, masih banyak terlihat orang tua yang malah bersikap acuh terhadap anak pada saat pembelajaran virtual berlangsung. Membiarkan anak belajar sendiri, sehingga orang tua tidak mengetahui apakah anak benar-benar belajar atau malah bermain game karena tidak ada orang tua yang mengawasinya. Belum lagi, sikap anak yang terkadang sulit untuk diatur, sehingga orang tua merasa kewalahan dalam membimbing anak-anaknya ketika belajar di rumah. Kemudian minimnya pendidikan karakter yang dimiliki anak bisa saja melalui pengetahuan secara teori saja. Untuk praktisnya tidak ditemukan objek langsung yang dapat memberikan pengajaran dan pengarahan kepada anak. Sehingga pengetahuan yang mengajarkan nilai-nilai etika yang harus dimiliki anak tidak dapat digambarkan ataupun dicontoh anak karena tidak adanya keteladanan langsung yang di dapat oleh anak.

 

Pembelajaran virtual yang didapatkan anak memberikan banyak perbedaan ketika belajar langsung di dalam kelas. Fokus anak sering teralihkan kepada apa yang dilihat di sekitarnya karena pembelajaran dilakukan di dalam rumah. Belum lagi godaan-godaan lainnya yang mengganggu konsentrasi anak pada saat pembelajaran virtual. Tak jarang, orang tua malah membiarkan proses pembelajaran anak, bahkan cenderung mengabaikannya. Sehingga apa saja yang dibutuhkan anak pada saat pembelajaran virtual orang tua tidak mengetahuinya karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya.

 

Jika sudah seperti itu, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan pengetahuan yang mengajarkan nilai-nilai etika dengan memberikan keteladanan langsung kepada anak, bukan malah menghiraukan dan menafikan tugas orang tua sebagai pendidik pertama di dalam rumah. Hal yang dapat dimulai dari pembiasaan-pembiasaan kecil yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan afektif anak. Meluangkan waktu dalam menemani anak belajar pada saat pembelajaran virtual. Memberikan penjelasan secara jelas dan syarat makna terhadap penjelasan guru yang tidak dimengerti oleh anak.

 

Tidak langsung menghakimi anak ketika kedapatan bahwa anak tersebut malah bermain game, bukannya belajar terhadap materi yang diberikan guru melalui pembelajaran virtual. Tidak pula langsung menghukum anak apabila ada kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh anak. Bisa saja kesalahan yang dilakukan karena anak ingin mendapat perhatian yang lebih dari orang tuanya. Hal yang dapat dilakukan orang tua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak yaitu dapat menemani kegiatan pembelajaran virtual anak sehingga segala kebutuhan anak dapat terpenuhi langsung dari orang tuanya, ajak anak berdiskusi ringan terhadap materi yang belum dipahami seutuhnya, serta orang tua dapat mempraktekkan langsung kegiatan ibadah dan etika sesuai dengan tuntunan agama Islam. Seperti tatacara pelaksanaan sholat yang baik dan benar, membaca Alquran sesuai dengan tajwidnya. Serta dapat mengajarkan kepada anak agar senantiasa selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah swt, bersikap jujur, berlaku hormat kepada siapa pun, sabar atas segala keadaan, dan selalu menghargai usaha orang lain.
Untuk itu, hendaklah orang tua lebih bersabar dalam mendidik anak-anaknya. Gunakan strategi yang tepat dalam membangun chemistry antara orang tua dan anak. Sehingga apa yang diajarkan orang tua kepada anak dapat terlaksana dengan baik. Kemudian jadikan pendidikan dan pengajaran yang dilakukan oleh orang tua sebagai bentuk implementasi beribadah kepada Allah swt karena telah diberikan anak sebagai anugerah terindah dalam hidup demi mencapai keridhoan Allah swt. Wallahu a’lam bisshowab.