Penyuluh Perikanan KKP di Kecamatan Teluk Mengkudu Diduga Koordinir Pungli Bantuan Mesin Konversi BBM ke BBG
SERGAI, ISN | Penyuluh perikanan (luhkan) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) khususnya Kecamatan Teluk Mengkudu diduga yang koordinir pungutan liar (pugli) penyaluran bantuan dari Kementerian ESDM, mesin konversi BBM ke BBG kepada para nelayan.
Menurut perwakilan nelayan di Kecamatan Teluk Mengkudu penerima bantuan mesin konversi tersebut, yang namanya tidak ingin disebut kepada wartawan Kamis (8/12/2022) menyebutkan bahwa penyuluh menyampaikan kepada para nelayan agar menyetor uang ke ketua kelompok masing-masing, selanjutnya ketua kelompok pun melalui para tokeh nelayan masing-masing agar mengutip uang dengan besaran yang sudah ditentukan.
“Uang itu digunakan dengan alasan untuk biaya selama pendistribusian bantuan tersebut, seperti sewa teratak, makan minum dan jaga malam,”ujarnya.
Para nelayan pun berharap agar soal pengutipan terhadap nelayan ditindaklanjuti oleh Kementerian terkait dan Pemerintah Kabupaten Sergai agar tidak ada lagi oknum-oknum yang mengambil keuntungan dibalik ekonomi yang sangat sulit pasca pandemi covid-19.
Terpisah, saat dikonfirmasi penyuluh perikanan KKP di Kecamatan Teluk Mengkudu, inisial JRS mengatakan agar pihak media menanyakan ke Dinas Kelautan dan Perikanan Sergai.
“Maaf Pak, lebih baik tanyakan ke Dinas Perikanan,”bilangnya.
*Bantuan Kementerian ESDM, Nelayan di Sergai Dikenakan Biaya Bervariasi*
Sebelumnya, diketahui bahwa bantuan konversi BBM ke BBG bagi nelayan sasaran TA 2022 adalah program Kementerian ESDM RI.
Sedangkan untuk Kabupaten Sergai bantuan tersebut akan diserahkan kepada 804 nelayan di 5 kecamatan yang terbagi ke dalam 3 spesifikasi mesin (PK) yaitu 5-7.5 (v1), 8-10 (v2), dan 13 (v3).
Rincian jumlah bantuan yaitu Kecamatan Pantai Cermin sebanyak 259 nelayan, Teluk Mengkudu 307 nelayan, Tanjung Beringin 42 nelayan, Perbaungan 79 nelayan, dan Bandar Khalifah sejumlah 117 nelayan.
Mirisnya, informasi yang diterima media ini adanya dugaan pungli dengan nilai yang bervariasi diantaranya untuk Kecamatan Teluk Mengkudu diduga dimintai uang sebesar Rp 330.000 / nelayan, Kecamatan Bandar Khilafah sekitar Rp 300.000/nelayan, wilayah Kecamatan Pantai Cermin sekitar Rp 350.000 /nelayan, sedangkan untuk Kecamatan Perbaungan dugaan pungli sebesar Rp 450.000 / nelayan.
Menurut salah seorang nelayan penerima bantuan warga Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu yang tidak ingin disebutkan namanya, pada Rabu (30/11) mengatakan kami menerima bantuan selain mesin, tabung gas ada dua, oli dua botol, dan ada juga as kipas, kalau untuk pengutipan sendiri itu melalui Ketua Panitia berinisial AH, kami (para nelayan) dikenakan biaya Rp 340.000.
“Biaya ini dikenakan untuk keperluan, penyediaan makanan dan teratak. Pemberian bantuan ini dilaksanakan kemarin di Pantai Sentang, jadi setiap penerima harus memenuhi syarat seperti sampan, kartu Kesuka dan KTP,”ujarnya.
Hal senada juga disampaikan warga Desa Sentang Kecamatan Teluk Mengkudu sebagai penerima bantuan mengatakan kalau dirinya mengakui dikenakan biaya pengutipan sebesar Rp 330.000, dengan alasan untuk biaya sewa teratak dan juga snack.
“Biaya itu katanya, untuk sewa teratak dan snack waktu acara penyerahan,”ungkapnya.
Sementara itu, salah satu nelayan di Kecamatan Perbaungan kepada media ini menyebutkan bahkan sampai saat ini uang pembayaran sudah lunas tapi mesin bantuan belum diterima teman-teman nelayan.
“Kami dimintai Rp 450.000 / nelayan. Biaya itu untuk makan, teratak, mekanik, dan penjemputan mesin,”bilangnya dengan penuh tanda tanya.