Merajut Dakwah yang Berkuah-kuah di Tengah Wabah (Covid-19)
Oleh : Rahimah Kumullah
Penghujung tahun 2019, dunia di kejutkan dengan kasus yang cukup aneh namun nyata. Kasus tersebut adalah munculnya sebuah wabah (virus) yang dapat menginfeksi paru manusia sehingga dapat menimpulkan tanda tertentu pada manusia dan bahkan ada yang tidak menimpulkan tanda-tanda sama sekali.
Virus itu adalah Corona Virus Disease yang pertama kali menampakkan keganasannya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sejauh ini, Corona Virus Disease telah menjatuhkan ribuan jiwa yang kini bukan hanya di Kota Wuhan saja, akan tetapi Corona Virus Disease juga telah menyebar di beberapa Negara lain termasuk Indonesia.
Walaupun negara kita sedang berada pada fase New Normal, bukan berarti semua sudah kembali seperti sediakala. Akan tetapi, kita tetap berada pada masa keterbatasan gerak dan berubahnya pola kehidupan. Salah satu yang ikut berubah ialah pola dakwah yang dilakukan oleh setiap manusia.
Sebelum masuknya Covid-19 ke Negara kita, seluruh para penyiar agama islam seperti para ustadz, ustadzah, da’I, atau ulama melalukan syiar dengan bentuk pengajian, perwiridan, dan lain-lain yang bersifat kerumunan.
Akan tetapi, dimasa pandemi seperti ini hal tersebut pun ikut berubah. Dimanan kehidupan manusia lebih banyak bergelut pada dunia digital, semua menjadi serba online (virtual) baik itu pekerja kantor, lembaga pendidikan dan termasuk duniah dakwah.
Berlakunya aturan phisycal distancing dan social distancing tidak memadamkan semangat para ulama dalam melakukan tanggung jawabnya untuk tetap berperan aktif memberikam solusi atas berbagai problem agama, serta membangun sifat optimis pada diri manusia dalam pandemi yang tak kunjung usai ini.
Hal tersebut juga seharusnya kita berlakukan pada diri kita sebagai generasi muda yang mampu menciptakan ide-ide yang cemerlang, walaupun hanya dengan di rumah saja tidak akan mehalangi kita untuk tetap menjadi seseorang yang produktif, aktif dan kreatif. Kita para anak bangsa harus berperan dalam membangun kekuatan dan keteguhan iman manusia yang ada di sekeliling kita dalam menghadapi problem di masa pandemi ini. Kita juga harus mampu membuka wawasan masyarakat yang awam dalam menyikapi bencana yang sedang terjadi ditanah air kita ini. Membangun dan memperkuat nilai-nilai spiritual diri sendiri dan orang lain dengan tetap melalukan protokol kesehatan jika mengharuskan untuk berbaur dengan orang lain.
Kemudian, hal tersebut bisa kita lakukan dengan cara membagikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain melalui tulisan-tulisan dan kemudian menerbitkannya sehingga orang lain bisa membaca dan memahami makna atas apa yang kita sampaikan pada tulisan tersebut, perbuatan ini pun termasuk kepada dakwah di karenakan kita sudah membagikan ilmu yang bermanfaat walaupun hanya melalui tulisan. Tidak dapat kita pungkiri, bahwa pada era 4.0 ini dapat memberikan berbagai perubahan dalam kehidupan masyakarakat.
Nah, hal ini mampu kita manfaatkan di masa pandemi ini sebagai salah satu sarana untuk memudahkan kita dalam menciptakan keterhubungan dengan orang lain. Teknologi yang sudah sangat canggih tampak semakin memperlihatkan perannya pada saat ini.
Jika biasanya kita melakukan hal tersebut dengan pola trasional/konvesional yaitu dengan cara ceramah melalui mimbar, pengajian dari satu tempat ke tempat lain atau berada pada suatu lingkup organisasi/ kelompok. Maka berbeda halnya dengan saat ini yaitu dimana kita bisa melakukan atau mendapatkan hal tersebut dengan hanya menggunakan telepon genggam yang kita miliki.
Dengan demikian tanpa kita sadari, melalui hal tersebut kita sudah menumbuhkan sikap optimis dan tidak mengeluh dihadapan masyarakat yang sedang rapuh dan tidak menutup kemungkinan sikap bijak kita mampu menjadi contoh dan semangat baru di tengah jatuhnya mental masyarakat Indonesia sekarang ini.
#Aqidah dan Filsafat Islam
#Ushuluddin dan Studi Islam
#KKNDR154UINSU
#KKNDRUINSU2020