Jaran Kepang Meriahkan Bulan Muharam 1445 H/2023 Nagori Batu Silangit
SIMALUNGUN – [ISN] – Dentingan alunan musik gamelan dan gendang Jaran Kepang beberapa hari lalu tepatnya ,Kamis, (27/07/2023) berlokasi di lapangan bola bolly dalam memeriahkan Tahun Baru Islam1445 H Tahun 2023 masih memberi kesan tersendiri bagi masyarakat Nagori Batu Silangit Kecamatan Tapian Dolok Kabupatrn Simalungun.
Hal tersebut di ungkapkan warga berinisial Junaidi (56) tahun atau lebih di kenal warga dengan paggilan Wak Juki di salah satu kedai kopi di nagori tersebut, Sabtu, (29/07/2023) sekira pukul 09.00 Wib saat bincang-bicang dengan beberapa wartawan.
“Sampai sekarang masih ada rasa kebahagiaan bagi warga terkhusus diri saya sendiri sebagai suku jawa yang lahir di sumatera sebab saya merasakan baru Tahun Baru Islam (Muharam) Pangulu yang mengadakan langsung dan seingat saya sebelumnya belum pernah dilakukan, secara pribadi dan mewakili warga, kami sangat berterima kasih kepada pangulu, kami sebagai warga sangat mendukung apa yang telah di lakukan pangulu dan doa kami semoga pangulu kami, bapak suyadi sebagai pangulu yang baru di nagori kami ini tetap di berikan kesehatan dan dapat memajukan nagori agar masyarakat dapat lebih sejahtera”, ucapnya dengan wajah polos yang mulai terlihat wajah menuanya usia.
Sementara, Suryadi atau lebih di kenal masyarakat dengan panggilan Pak Cecep saat di hubungi mengatakan, di pilih kesenian tradisional Jaran Kepang bahwa mengingat warga di Nagori Batu Silangit mayoritas bersuku jawa, namun bukan hanya itu, kesenian ini juga agar lebih di kenal atau di ketahui oleh semua suku yang berada di Batu Silangit sebagai pemersatu bangsa.
“Kesenian Jaran Kepang ini bukan hanya untuk suku jawa saja namun untuk semua kalangan masyarakat dengan tidak memandang suku demi tercapainya kerukunan warga dan tetap menanamkan budaya kesenian tradisional yang ada di Indonesia”, ujarnya.
Lanjutnya, kita akan terus menanamkan budaya leluhur kepada anak-anak sebagai generasi bangsa agar tidak luntur di telan jaman dan kedepan mungkin akan menjadi agenda tahunan untuk tetap menampilkan kesenian budaya, tidak hanya kesenian jawa namun yang lainnya.
Lebih jauh Cecep menjelaskan masyarakat suku jawa lebih mengenal dengan sebutan Jaran Kepang dan ada juga yang menyebut reog ponorogo, namun Jaran Kepang di ibaratkan seperti sebuah tim yang dalam artian, reog adalah seseorang yang membawa lambang kepala singa yang berada di kepala pemain, Jaranan adalah yang berlambang kuda sedangkan Jatilan adalah para penari.
“Sebelumnya saya memohon maaf kepada para tokoh budaya khususnya suku jawa apabila ada kesalahan saya dalam meneragkan tentang kesenian tersebut, saya hanya sebatas menyampaikan apa yang saya tau, sekali lagi saya mohon maaf”, imbuhnya.
Senada Sekretaris Desa ( Sekdes ), Mahmud mengatakan, selain memeriahkan Tahun Baru Islam 1445 H kesenian Jaran Kepang yang di gelar sebagai hiburan untuk masyarakat juga menanamkan kecintaan seni tradisional.
Saat di singgung tentang siapa yang menanggung dana acara, dengan tegas Sekdes mengatakan, “Dana untuk membayar acara di tanggung oleh pangulu dengan uang pribadinya”, diluar biaya yang sudah di tentukan, pangulu juga memberikan saweran kepada para pemain untuk lebih menyemangati agar lebih meriah.
Di akhir perbincangan, Wak Juki sempat berceloteh bahwa pangulu baru saat ini memang berjiwa sosial, “Jangankan sekarang, sebelum menjadi pangulu saja, Pak Cecep mamang dekat dengan masyarakat dan selalu berbuat sosial, sekali lagi kami masyarakat tetap mendukung demi kemakmuran nagori”, pungkasnya.
(Ekolin/*)